Nasib bangsa Indonesia berada di tangan rakyat atau bangsa Indonesia sendiri. Tuhan YME tidak akan mengubah nasib suatu bangsa atau kaum sampai bangsa atau kaum tersebut mengubah nasibnya sendiri.
Salah satu usaha yang dapat dan mudah kita lakukan yaitu membeli dan mengkonsumsi produk Indonesia sendiri. Apabila produk ini bagus atau baik maka akan menciptakan kebanggan nasional sehingga dapat menjadi idola di negeri sendiri dan saatnya nanti go international. Usaha ini mencerminkan Pancasila sila 3, Persatuan Indonesia serta sila 5, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Juga mengimplementasikan cita-cita Bung Karno tentang BERDIKARI(berdiri di atas kaki sendiri) terutama di bidang ekonomi.
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) adalah sebuah peluang yang juga merupakan tantangan, Negeri ini harus segera berbenah dan tak layak tinggal diam. Indonesia memiliki banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan demi upaya memanfaatkan keterbukaan ASEAN. Dengan terbentuknya pasar tunggal yang bebas tersebut, hanya ada dua kemungkinan yang bisa terjadi terhadap posisi Indonesia dalam perekonomian ASEAN. Posisi itu, yakni menjadi pemain utama atau hanya duduk sebagai penonton.
Masyarakat Ekonomi ASEAN itu menjadi trand bagi dunia, sehingga Indonesia harus mau dan ikut terlibat didalamnya. Pasar pada dasarnya tidak dapat diarahkan sesuai dengan keinginan kita, namun sebagai pengusaha perlu untuk melakukan kajian dalam bagaimana menciptakan produk yang sesuai dengan permintaan masyarakat, memperbaiki tampilan dan kemasan produk dan memasang harga jual yang kompetitif sehingga inverstor akan datang sendiri untuk mengembangkan usaha kita
Pasar ASEAN yang sangat besar dan akan terus berkembang dalam beberapa tahun ke depan menjadi suatu peluang yang seharusnya bisa dimanfaatkan industri dalam negeri. kalau peluang ini tidak segera dimanfaatkan, kita akan tertinggal. Jangan sampai nantinya kita hanya terkesima melihat stabilitas lalu-lalang sumber daya asing di negeri ini, lalu perlahan terlena dan melupakan tujuan terciptanya masyarakat yang makmur dan sejahtera.
Pasalnya, World Economic Forum dalam laporan The Global Competitiveness Report tahun 2013-2014, menempatkan Indonesia di peringkat ke-38 dari 148 negara. Bahkan berdasarkan daya saing, logistik, dan produktivitas tenaga kerja selama tahun 2012-2013, posisi Indonesia dibanding negara ASEAN lainnya mulai mengkhawatirkan, yakni berada di bawah Singapura, Malaysia dan Thailand. Dari data tersebut, tentunya hal ini merupakan tugas yang sangat berat bagi pemerintah untuk dapat memenangkan persaingan dalam MEA 2015 ini. Daya saing yang rendah memperlihatkan produktivitas rendah, meskipun APBNsudah menembus Rp 1.800 triliun, Pasar ekonomi Indonesia yang besar, kelas menengah yang semakin bertambah dan PDB per kapita yang mendekati USD5.000, memang mengindikasikan daya beli masyarakat kita sudah cukup tinggi. Tingginya daya beli ini akan menjadi bumerang bagi ”neraca ekonomi” kita bila daya saing dan kesiapan infrastruktur kita tidak segera dibenahi dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 ini.
Di sisi lain, negeri ini memiliki bonus demografi dengan komposisi usia pemuda produktif, yang akan memberikan efek dahsyat bagi kemajuan ekonomi. Pemuda dianggap memiliki peran yang strategis dalam peningkatan daya saing global karena mereka adalah sosok individu yang mempunyai jiwa optimis, berpikir maju, dan berintelektual. Perubahan hampir selalu diprakarsai oleh para golongan muda( olok-olok je’nek ). Pemuda merupakan pilar bagi kebangkitan bangsa.
Menurut Badan Pusat Statistik, tahun 2013 lalu jumlah pemuda mencapai 62,6 juta orang, atau rata-rata 25 persen dari proporsi jumlah penduduk secara keseluruhan. Berkaca pada data tersebut, kekuatan daya saing pemuda memegang peran penting dan strategis membawa arah perjalanan bangsa, termasuk dalam menghadapi peluang MEA 2015 ini yang sudah di depan mata. Pemuda dapat bertindak nyata dan menjadi faktor kebangkitan bangsa.
Sayangnya, dari sejumlah indikator, daya saing pemuda belum menunjukkan potensi yang sebenarnya. Faktanya, saat ini pemuda banyak yang mengalami stagnansi dan distorsi peran mereka sebagai pemuda. Pemuda kehilangan pandangan-pandangan visioner, buta akan realitas sosial yang ada, ditambah dengan perilaku individualis, pragmatis, hedonis dan konsumtif yang menyebabkan menurunnya citra daya saing pemuda sebagai tonggak inovasi dan kedigdayaan suatu bangsa.
Banyak pemuda kini yang mengaku peduli bangsa, namun hanya sekedar omongan belaka, bahkan merendahkan bangsa sendiri. Kritik yang disampaikan hanya berujung pada menjelekkan pemerintah, merendahkan penguasa, dan sibuk mencari kesalahan. Kita semakin kehilangan teladan yang intens memecahkan permasalahan kompleks di sekitar, terlebih memikirkan kemajuan bangsa. Semakin langka mereka yang terus gelisah saat melihat anak-anak jalanan kelaparan, membanggakan nama Indonesia di forum-forum internasional, dan bergerak membantu saat masih banyak orang miskin yang tidur di bawah jembatan.
Untuk itu dibutuhkan suatu revitalisasi cara pandang pemuda yang dibawa pada sebuah langkah praktis untuk meningkatkan daya saing global. Sebagai pemuda Indonesia mari kita membangun sebuah pola pikir dan mental yang baik yang diwujudkan dalam sebuah langkah nyata yang mampu membantu menciptakan kedigdayaan bangsa ini.
Komitmen pemerintah untuk mewadahi dan mengelola kaum muda agar menjadi faktor atau motor pertumbuhan daya saing melalui penegasan kecintaan terhadap tanah air, kecintaan terhadap produk-produk dalam negri, bangsa dan bahasa merupakan modal dasar untuk mempersatukan gagasan, tujuan dan perjuangan pemuda dalam mewujudkan kedaulatan, kemandirian dan kejayaan Indonesia.
Mungkin sejenak kita harus lebih peka. Peka pada keadaan yang masih belum sempurna. Lebih banyak membaca masa lalu melalui buku-buku, menyusun rancangan masa depan dari pembelajaran yang telah lalu. Dengan begitu, nantinya diharapkan kita mampu bersaing dan siap menyambut Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 ini serta memberikan dampak dan peran yang besar bagi kemajuan bangsa, asalkan disertai dengan sejumlah upaya persiapan yang matang di segala sektor kehidupan, demi Indonesia yang lebih baik dan bermartabat.