Rindu semakin menguak,
tergeser ego yang kian mengakar. Tertampar amarah tersayat belati kerinduan. Semakin
dalam sembari menatap, dikala angin masih berhembus miris mengajak biduk tuk
surut ke pantai. Di tengah hiruk terdengar bisikan nurani jiwa meratap sepi,
terbalut duka mencaci hasrat nan menggebuh. Malam ingkari bintang sebelum pagi datang
meminang senyum mentari tuk menapaki suar panasnya siang menujuh senja terbunuh
sepi.
Hari kian berlalu, kini tak
ada lagi suara yang aku dengar darimu, diam membisu bertemankan duka yang
memendamkan hasrat dalam relungku yang teramat dalam. Idealisme yang terbangun
dariku tak mampu kau imbangi sehingga dalam kisaran waktu yang berbeda kau
permasalahkan itu.. memutuskan untuk meninggalkan atau ditinggalkan bukan
menjadi keputusanku tapi memang itulah yang terjadi sekarang. Senda, gurau,
tawa dan canda menjadi kenangan masa lalu yang begitu bahagia kelihatan ketika
dikenang… kini tinggal sederetan kisah yang tak mau lagi aku ingat karena dari
itu berjuta perih yang terpanen oleh kisah yang teramat sulit untuk dikisahkan.
Kemerdekaan hati selalu
menganalogikan tentang berjuta dalil dalam sebuah kehidupan., yang pada suatu
masa hanyalah puing puing asa yang terpahat disetiap helaan nafas dan tapak
kaki yang terukir. Apa sebenarnya yang kita cari…?? Bantu aku, bukan malah
menghujat. Semilir angin berhembus, mengisyaratkan tentang kebebasan jiwa yang
bergelora.. tapak amarahmu ketika kehidupan terlalu bersungut tentang belaian
manjamu sehingga untuk memutuskan pergi adalah solusi dari permasalahan ini. Aku
pergi bukan berarti aku tak mampu., tetapi untuk kebahagia hasratmulah aku memutuskan
untuk pergi..
Salah sikapku terlalu
memanjakanmu untuk membiarkamu mandiri aku tak punya, sehingga dari setiap
permintaanmu kadang aku tak kuasa untuk berada pada situasi yang aman untuk
berbuat. Berpikir realistis pintaku tuk mengajakmu sedikit menyimak, resapi dan
jadikan sebagai awal dari kemandirian sikapmu bukan malah pergi dan membuatnya
usang dalam penantian. Egomu tak pernah menyadari begitu tulusnya sayang ini
untukmu. Semuanya tak seutuhnya salahmu atau salahku tapi salah kita kenapa
kita terlalu naif dalam berpikir kemudian mengambil jalan ini. Tapi aku hargai
keputusanmu, mungkin itulah yang terbaik. Ajarilah aku untuk berpikir dewasa
sehingga masa kekanak kanakanku tak lagi ku salahkan kamu., Tersentak untukku
memetak petakkan urusan perasaan dalam bingkai bingkai penjarah., Seperti
berada dalam jebakkan., Sehingga berlari keluar sekalipun hanya ada maut yang
siap meminang., Setidaknya diriku pernah berjuang, meski tak pernah dihargai., Semoga
kenangan tak pernah membunuhku dalam sepi., Semua seperti hari yang pada
akhirnya akan berlalu...
Akan aku pastikan bahwa kita
takkan bisa mempungkiri tentang kerinduan ketika tiba masanya nanti., masa
dimana kita sudah tidak mungkin untuk bersama sama lagi., masa dimana
penyesalan itu datang menghampiri kita.. masa dimana kita menyadari kesalahan
kita., itu pasti., maka disisa masa yang masih menyisakan malam indah nan
berbintang, aku mengajakmu untuk kembali bermimpi semoga restu malam membuat
kita terbangun dan menyatu dengan semua mimpi-mimpi kita yang telah tercipta,
sebelum pagimu dan pagiku tiba dan memutuskan untuk mengisahkan lembaran baru.
Created : Me
Created : Me